Kembali
Seperti yang pernah gue ucap, semua akan kembali pada satu titik. Dan hal itu yang gue rasakan sekarang. Throwback selama 5 bulan terakhir, keseharian gue penuh dengan aktivitas yang harus gue akui ga padat-padat amat sebenarnya. Setiap hari senin sampai jumat datang ke SD. Bertemu kawan seperjuangan, bertegur sapa dengan guru, dan bercengkrama dengan murid-murid. Juga tak lupa membeli makroni telor pedas ala jajanan SD.
Siklus itu berputar selama 5 bulan hingga gue dipertemukan pada satu titik yang pernah gue jumpai sebelum rutinitas Kampus Mengajar datang. Gue menyebutnya sebagai ``Kosong``. Segalanya terasa hampa meski ditengah keramaian sekalipun. Seringkali gue mengisi hari penuh kekosongan tersebut dengan berolahraga di lapangan sepak bola yang tak jauh dari rumah. Disana dipenuhi oleh banyak orang. Dari yang berniat untuk olahraga, sekadar menonton pertandingan sepak bola, atau rekreasi bersama keluarga atau pasangan.
Semua hadir dengan membawa tujuan masing-masing. Sedangkan gue? Hadir untuk sekadar mencoba mengisi kekosongan yang melanda. Memang kalau boleh memilih, gue akan prefer cape kerja bagai kuda dari pada nganggur doang, karena nganggur jauh lebih melelahkan dari pada kerja. Sedikit-sedikit melamun, sedikit-sedikit buka galeri mengenang kejayaan masa lalu, dan sedikit-sedikit overthinking melihat pencapaian orang lain.
Tapi tak apa. Siapapun butuh rehat setelah kembali dari aktivitas yang meletihkan. Bahkan kekosongan ini mungkin bisa menjadi momentum dimana gue bisa membayar waktu yang telah gue habiskan diluar sana dengan meluangan waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Tidak ada yang salah dari kembali. Karena pada hakikatnya siapapun akan segera kembali, hanya tinggal menunggu waktu dan momentum yang tepat saja. Atau boleh jadi, dari momen kembali ini, akan ada keluarga yang menunggu kehadiran kita, pasangan yang menantikan waktu untuk bersama, atau teman siap bercengkrama hingga pagi buta.
Komentar
Posting Komentar