Nostalgia
Ditengah kesibukan yang kian padat, ajakan untuk nongkrong semakin lama rasanya semakin nihil. Grup whatsaap kawan SMA dan SMP pun terlihat kosong melompong. Malah seakan berubah menjadi tempat untuk sekadar share info magang atau loker. Memang hampir rata-rata siapapun yang kelahiran 2001 akan segera beranjak kemasa tingkat akhir. Dimana skripsi sudah menunggu depan mata dan wisuda terlihat semakin jauh untuk dicapai. Karenanya seketika ada ajakan untuk nongkrong, tak ada kamus penolakan, karena aku tidak mau melewatkan kesempatan terbaik itu.
Matahari semakin meninggi, bertengger gagah ditengah langit cerah yang penuh dengan awan. Jalanan cukup ramai dipenuhi oleh mayoritas pengendara bermotor. Bersama si oren, aku sudah membelah jalanan kota Depok sedari tadi. Dengan kecepatan normal, motor ini dengan lincah melewati pengendara yang berjalan lelet maupun lihai menyalip kemacetan akibat angkot yang ngetem. Tujuan kali ini cukup berbeda, yaitu warbu. Sebuah warung serba ada, yang kerap menjadi tempat persinggahan sementara setelah bel sekolah berdenting keras.
Aku tidak sendirian, beberapa orang teman telah datang lebih dahulu, dan mengambil posisi duduk diluar area warung. Kawasan ini memang terbilang cukup ramai. Apalagi terdapat 3 sekolah dengan jenjang yang berbeda. SD, SMP, dan MAN. Jadi wajar saja kalau weekdays banyak pelajar yang hilir mudik melalui daerah sini. Obrolan ngalor ngidul mengalir begitu saja, mulai dari bertanya kabar masing-masing, pekerjaan, perkuliahan, hingga nostalgia masa SMA. Sesekali guru yang mengajar kami sewaktu SMA lewat dan kami pun menyaliminya dengan takzim. Murid-murid SMA dimana kami sekolah dahulu juga terlihat berbondong-bondong keluar meninggalkan gerbang sekolah. Seragamnya sudah berbeda, wajahnya tak satupun ada yang kami kenal. Wajar saja kami sudah lama lulus dari sana.
Sore semakin matang, dan malam yang gelap siap menanti. Asap rokok semakin mengepul, dan gelas-gelas es kian menipis. Tiba-tiba seorang penjaga sekolah yang cukup dekat dengan angkatanku menghampiri. Sedikit bertegur sapa dan kami pun menyalimpinya. Seorang teman seketika melontarkan ide untuk pindah tempat nongkrong ke dalam sekolah, tepatnya di depan pos penjaga. Penjaga sekolah tersebutpun mengamini ide dari seorang teman.
Sekolah ini berubah cukup banyak dalam 3 tahun terakhir. Warna dindingnya semakin cerah, juga beberapa fasilitas telah direparasi menjadi semakin elok. Kami sempat melihat-lihat area halaman Gedung sekolah. Seketika terbesit rasa rindu yang begitu deras, musabab teringat kenangan indah yang telah usai sejak 3 tahun silam. Apalagi dahulu aku adalah bagian dari OSIS, sehingga waktu yang aku alokasikan untuk sekolah lebih banyak dari teman-teman yang lain. Otomatis kenangan yang terajut juga sangatlah banyak. Kami melewati lorong sekolah, menyambangi lapangan yang kian mereta, juga melihat kamar mandi pria yang tidak banyak berubah.
Manusia memang akan melewati 3 fase, masa lalu, masa sekarang, dan masa depan. Bagiku masa lalu penuh dengan kejayaan dan sedikit penyesalan. Hanya saja siapapun tak akan pernah bisa kembali hidup dimasa lalu. Seindah apapun masa lalu itu, ia hanya bisa dikenang dan menjadi pembelajaran untuk bekal dimasa depan. Dan kita hidup masa sekarang, sedangkan masa depan adalah harapan terbaik untuk mengobati segala kegagalan yang telah terlewati, baik dimasa sekarang atau masa lalu.
Biarlah cerita indah itu mengalir dengan sendirinya. Melewati berbagai lika-liku kehidupan, hingga habis sesaat sampai dimuara. Seorang penyair pernah berkata dalam suatu kesempatan, “Tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini”, aku pun percaya akan itu. Karnanya selagi ada kesempatan untuk reuni atau nongkrong bersama kawan lama, sebisa mungkin aku tak akan menolaknya. Meskipun banyak yang beranggapan bahwa itu adalah hal yang sia-sia, tapi aku pikir itu adalah salah satu cara untuk memecah celengan rindu yang telah menggumpal.
Komentar
Posting Komentar