Cerpen : Pulang
“Pah, papah kapan pulang?” Tanya si kecil dari balik sambungan telefon. Sudah lebih dari sebulan aku belum menengok keadaan si kecil di Desa. Kini ia bertumbuh layaknya anak kecil pada umumnya. Wajahnya semakin tampan. Mirip seperti papahnya. Umurnya pun telah menginjak lima tahun. Itu artinya tahun depan ia sudah bisa bersekolah ditaman kanak-kanak. “Uhukk..uhukk..Pahhh?” Tanya si kecil sekali lagi. “Ehh..iya nak. Maaf yaa Papah belum bisa pulang dalam waktu dekat” Jawabku dengan nada menyesal. Tidak ada tanggapan, hanya ada sekali hembusan nafas pertanda kecewa. “Tapi Papah janji, jika pekerjaan Papah sudah selesai, Papah akan pulang secepatnya” “Janji seorang pelaut?” Ujar si kecil, memastikan. “Janji seorang pelaut!” Balasku. Percakapan usai setelah satu sampai dua kalimat terucap. Si kecil nampak senang setelah aku mengutarakan janji seorang pelaut. Janji yang kuat seperti jangkar. Janji yang haram jika diingkari. Lalu ia lebih dahulu mematika...